Source here |
Ramadhan tahun ini mungkin
sedikit berbeda dari tahun sebelumnya. Karena, Ramadhan kali ini, aku berniat
untuk beribadah kepada Allah, yang pastinya melakukan kegiatan ibadah yang
lebih intens dari Ramadhan tahun lalu. Kenapa? Karena, aku merasa bahwa Allah
memberikan kesempatan untuk bertemu kembali dengan Ramadhan ini, belum tentu kita
akan bertemu dengan Ramadhan tahun depan. Intinya, aku ingin berkualitas di
Ramadhan tahun ini dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan di Bulan
Ramadhan.
Masa kecilku bisa dibilang
tertekan dengan buku kegiatan Ramadhan yang harus aku isi setiap tahunnya,
walaupun aku merasa bahwa ini adalah kegiatan yang postif dan baik. Aku menjadi
baik, dengan mendengarkan ceramah dan menuliskannya di buku tersebut, belum
lagi kegiatan tadarus dan shalat tarawih yang harus dikerjakan setiap harinya. Ibu-ibu
tetangga yang mencap aku sebagai anak shalehah dan baik hati menjadi cobaan
lain padaku saat itu, padahal aku tidak seperti ini. Aku merasa capek berpura-pura
menjadi baik, dan terlalu mendengarkan omongan mereka, seolah mereka
menggerakkan aku dengan pujian mereka. Imbasnya, aku terlalu mendengarkan
perkataan orang tentang baik dan buruk, tentang hal-hal yang harus dan tidak
harus aku lakukan. Padahal aku ingin menjadi diriku sendiri! Aku bisa nakal dan
malas, bahkan aku bisa sangat jahat pada kalian. Huh, tapi aku tidak berdaya.
Obsesiku saat itu adalah, aku
ingin melihat buku kegiatan Ramadhan itu, terisi dengan lengkap, dan tentu saja
kegiatan tersebut benar-benar aku lakukan. Di salah satu halaman, tertulis
pertanyaan mengenai jumlah rakaat shalat taraweh, dan aku menulis 23 rakaat. Tentu
saja, setiap malam aku mengikuti gerakan imam dari awal sampai salam terakhir,
yaitu shalat witir. Sedangkan, teman-temanku yang lain, hanya mendirikan shalat
isya saja, atau ketika hati mereka tergerak untuk melakukan shalat tarawih,
maka mereka melakukannya jika tidak, mereka hanya mengobrol satu sama lain. Kenapa
aku melakukan itu, kenapa tidak seperti mereka yang mood-moodan untuk shalat?
Karena aku tidak ingin berbohong kepada Allah. Aku menuliskan 23 rakaat, maka
itu adalah benar aku melakukan shalat tersebut sebanyak 23 rakaat. Tidak peduli
dengan cuaca, atau dengan mood dari orang-orang,
yang membiarkan masjid-mesjid kosong di 10 hari terakhir Ramadhan. Aku tetap semangat
dengan semua kegiatan Ramadhanku.
Setelah tidak lagi menuliskan
kegiatan Ramadhan, aku menjadi tidak begitu menyukai Shalat Tarawih. Aku menghabiskan
waktu malam di luar bersama teman-teman, dengan berbagai alasan pada tanteku. Padahal,
aku merasa kalah dengan setan yang selalu hadir setiap kali aku mendirikan
shalat malam tersebut, hahahaa. Aku
takut, menjadi nggak fokus dan aku membeci diriku sendiri setelah selesai
shalat. Yup, setan-setan itu selalu
menggantung di setiap kelopak mataku, dan aku selalu mengantuk berar, mungkin
karena kecapean juga. Aku kini paham, memang itulah tugas mereka, mengganggu
manusia. Ketika Shalat Tarawih mengantuk berat, saat mau tidur atau lagi browsing, melek sampe tengah malam,
bahkan tidak bisa tidur.
So, di tahun ini aku berusaha
melawan setan-setan tersebut, walaupun rasa kantuk itu kerap datang setiap kali
aku Shalat Tarawih, tapi menjadi lebih baik dari tahun sebelumnya. Lucu sih, dulu agak malas-malasan kalau
diajak shalat tarawih sama si Tante, sekarang aku selalu bersiap lebih dulu dan
menunggu si Tante di teras depan. Walaupun kenyataanya di setiap tarawih selalu
mengantuk, dan Alhamdulillah ada
beberapa hari yang aku lewati dengan mata yang masih melotot alias “cenghar”(Bahasa Sunda; sadar), Hmm, mungkin efek dari imamnya kali yah?
Beberapa kali, masjid kami kedatangan imam yang masih muda, ganteng dan bacaan
yang bagus, satu lagi ceramahnya enak. Hihihihi,
kebanyakan dari mereka udah pada nikah sih,
tapi lumayan biar nggak ngantuk eh?! Oh iya, beberapa acara bukber pun aku
pilih, tidak semua ajakan bukber aku terima, karena akan mengorbankan shalat
malam.
Tapi, masih belum bisa berhijab
dan berpakaian syari seperti teman-teman yang lainnya. Karena, masih ada
kendala di keluarga, beginilah kalau terlalu mendengar kata-kata dari orang
lain, sulit banget ngambil keputusan.
Arghhhh, Insha Allah pelan-pelan dan
semua orang bisa menerima. Aamiin.
Semoga-semoga-semoga….
Terima kasih sudah membaca,
tulisan ini bisa dibilang curhat juga yah?, hihihi ngga apa-apa kan,
sekali-kali. Ini lah cerita Ramadhanku di tahun ini, bagaimana dengan cerita
Ramadhanmu? Pastinya lebih baik dari cerita ramadhanku yah?, semoga Ramadhan berikutnya bisa menjadi lebih baik lagi,
sehingga kita bisa menyambut Hari Kemenangan dengan penuh kebahagiaan.