Dilema Pawai Kuda Kosong di antara Tradisi dan Agama

7:31 AM

Gaes, adakah dari kalian yang mengetahui mengenai Kuda Kosong? Kuda Kosong atau Pawai Kuda Kosong adalah salah satu tradisi turun temurun dari Masyarakat Kota Cianjur. Kegiatan ini dilaksanakan setiap setahun sekali dalam rangka memperingati Hari Jadi Kota Cianjur. Biasanya dilaksanakan secara berbarengan dengan perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia.

Aku sudah lupa kapan kali terakhir aku menonton Pawai Kuda Kosong ini? Yang pasti saat itu aku masih duduk di bangku sekolah dasar atau mungkin SMP-an. Hari Kemerdekaan di Kota Cianjur selalu meriah dengan adanya pawai yang biasa dimeriahkan oleh beberapa kendaraan hias dari berbagai kecamatan di Cianjur dan instansi-instansi pemerintahan. Selain itu, ada juga arak-arakan dari sekolah-sekolah di Cianjur, pertunjukkan barongsay, arak-arakan dari para santri dari pesantren serta seni dan budaya Cianjur.


Antusiasme warga juga begitu besar dalam menyaksikan Pawai Kuda Kosong ini. Berbondong-bondong warga dari berbagai daerah di Cianjur datang, hanya untuk melihat Pawai Kuda Kosong ini. Dalam pawai ini yang menjadi pusat perhatian warga adalah sosok Kuda Kosong. Kenapa mereka penasaran dengan sosok si Kuda Kosong? Karena ada hal mistis dari Pawai Kuda Kosong ini.

Dilema pawai kuda kosong diantara tradisi dan agama
Kuda Kosong  yang dihias (Sumber)
Kuda yang digunakan menjadi Kuda Kosong adalah seekor kuda yang berperawakan bagus, tinggi dan gagah yang kemudian dihias oleh berbagai hiasan. Sebelum Pawai Kuda Kosong berlangsung, si kuda pilihan biasanya menjalani beberapa tahapan. Salah satunya adalah ritual memandikan si Kuda Kosong. Selain itu, dilakukan juga proses pemanggilan Eyang Suryakancana yang akan menaiki Kuda Kosong tersebut. Eyang Suryakancana adalah penguasa Gunung Gede Pangrango. Menurut cerita juga, Kuda Kosong ini adalah persembahan untuk Pangeran Suryakancana yang menikah dengan putri dari bangsa Jin. Pangeran Surayakancana ini kini tinggal di Gunung Gede, atau menjadi penunggu Gunung Gede Pangrango.

Inilah alasan kenapa Pawai Kuda Kosong dilarang untuk ditampilkan di Cianjur. Menurut Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Cianjur, telah terjadi penyimpangan dalam kegiatan pawai Kuda Kosong ini. Menurut Ulama ini, adalah sesuatu yang berlebihan dalam pengultusan seseorang. Apalagi, Kuda Kosong terkesan sudah dikeramatkan warga Cianjur. Karena setiap akan dilaksanakan upacara kenegaraan, di sudut kamar pendopo harus ada sesajen untuk arwah Eyang Suryakancana.

Kesenian yang merupakan warisan zaman dulu, tidak pernah terlepas dari pertentangan dengan agama. Hampir semua kesenian itu selalu bertentangan dengan agama, walaupun tidak semua. Di satu sisi kita sebagai generasi muda ingin meneruskan kesenian yang sudah turun-temurun. Agar tidak punah begitu saja, dan generasi penerus bisa tahu bahwa kita punya kesenian seperti ini. Tapi, di sisi lain kita memiliki suatu keyakinan yang kuat terhadap agama kita sendiri. Apalagi, Cianjur sudah termasyur sebagai Kota yang Berakhlakul Kharimah dan sudah menerapkan slogan Cianjur sebagai Gerbang Marhamah.

Dilema pawai kuda kosong di antara tradisi dan agama
Kuda Kosong bersama arak-arakannya (Sumber)
Belum terlambat bagi kita untuk menyelamatkan kesenian Cianjur yang mulai punah ini. Biarkan pawai Kuda Kosong ini tetap lestari sebagai salah satu tradisi turun temurun masyarakat Cianjur. Hal ini sebagai pengingat kita kepada perjuangan pendahulu kita dalam mempertahankan Kota Cianjur.

Maka beberapa tahun setelah pelarangan pawai Kuda Kosong oleh MUI Cianjur, akhirnya Pawai Kuda Kosong ini digelar kembali, tapi  dengan menghilangkan beberapa tahapan-tahapan yang dianggap menyimpang dari ajaran Agama Islam. Banyak juga loh, hal menarik dari sisi budaya yang bisa kita lihat di Pawai Kuda Kosong ini. Dan itu harus tetap dilestarikan. Semoga semua seni budaya warisan leluhur yang telah hilang itu tetap berkembang di Cianjur.

Penasaran dengan Pawai Kuda Kosong? Yuukk, main-main ke Cianjur!


Tulisan ini diikutsertakan dalam 'Kontes Blog #3TahunWB-Warung Blogger Peduli Potensi Daerah'.




Warung Blogger

You Might Also Like

11 comments

  1. oh ada semacam unsur magisnya? makanya di larang sama MUI

    BalasHapus
  2. wah, ada sesajen segala? ngeri sih kalo itu. pantesan dilarang ya.

    BalasHapus
  3. Balasan
    1. Sama-sama jangan bosan untuk terus berkunjung yah

      Hapus
  4. yah kalo bicara soal adat sih memang tidak bisa lepas dari penghormatan kepada arwah atau leluhur. Yang penting tidak menjadikan kita sirik aja sih!

    BalasHapus
  5. Adat dan budaya memang sering bertentangan dengan agama. Salut untuk MUI Cianjur yang "berani" melarang acara adat semacam ini. Di banyak daerah, pesta rakyat semacam ini sudah dikultuskan dan sudah menjadi kebutuhan primer. Bahkan di kota-kota yang bertajuk kota santri sekalipun.
    Asli penasaran dengan format pawai kuda kosong yang baru ini, karena di daerahku ada upacara adat yg lebaran kemarin mengambil puluhan korban meninggal, dan ironisnya, masyarakat setempat menganggap pak bupati yg juga Kyai membuat sang mbaurekso marah karena sesaji kurang. ckck... mulai tahun ini, pesta adat diambil alih masyarakat setempat agar tak ada korban lagi (alasannya) #HeranSungguh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waduh, sampe makan korban yah, terkadangmiris dengar nya, yah Mba

      Hapus