Review Buku BADUT OYEN: Misteri Meninggalnya Badut Oyen dan Kejadian Setelahnya
7:30 PM
Penulis : Marisa Jaya,
Dwi Ratih Ramadhany, Rizky Noviyanti
ISBN :
978-602-03-0349-9
Penerbit : PT. Gramedia
Pusaka Utama
Editor : Anastasia
Aemilia
Ilustrator : Steven Andersen
Cetakan : Pertama, April
2014
Tebal : 224 hlm
Blurb :
Roma kengerian
santer tercium. Tak ada yang percaya bahwa Oyen, badut yang selalu ceria dan
ramah itu, mengakhiri hidupnya dengan tali gantungan.
Sepanjang gang kecil
menuju rumah Oyen yang juga merangkap sebagai toko perlengkapan pesta mendadak
ramai dipenuhi warga. Mereka berdesakan untuk mencari tahu apa yang sebenarnya
terjadi. Wajah-wajah penasaran yang penuh kernyitan menyesaki ruang sempit toko
yang coba dibatasi beberapa pemuda kampung.
Tanpa pikir panjang
mereka berlomba-lomba berusaha menyaksikan jasad pria yang menggantung di
langit-langit kamar dengan leher terjerat kuat.
“Tolong bantu saya
menurunkan Oyen,” pinta Iryanto
“Sebaiknya jangan
dulu, Pak RT. Bagaimana kalau kita hubungi pihak kepolisian saja untuk mengusut
kasus ini,” saran seorang warga dengan panik…
Pertama
kali membaca buku ini aku suka dengan bagian pembukanya yang mendeskripsikan
saat pertama kali Badut Oyen di temukan. Di situ aku sudah mulai penasaran
dengan siapa pelaku utama yang dengan tega menghilangkan nyawa Oyen? Aku sudah
menduga dari awal, kalau Oyen meninggal karena pembunuhan bukan gantung diri. Hanya,
belum mendapat gambaran secara utuh mengenai kejadian. Berharap bisa menemukan
kunci dari kematian Oyen. Kemudian di bagian satu, aku baru menyadari bahwa tim
penulis membuat tulisan maju-mundur cantik. Sehingga, aku tidak menemukan kelanjutan
setelah kematian Badut Oyen, tapi kita di bawa pada masa lalu saat Oyen sedang
merias wajahnya.
…
Kaus putih tipis
Oyen basah di beberapa bagian. Kamarnya terasa sangat sumpek dan panas.
Pintu kayu berkeriut
membuka.
“Mikirin apa sih?
Dari tadi dandannya nggak
selesai-selesai. Ini kostumnya sudah aku setrika,” ujar Suparni sambil
menggantung kostum badut Oyen di paku di dinding yang sudah agak lapuk.
…
Oh,
iya tadinya aku mengira bahwa Suparni itu adalah istri Oyen, ternyata Suparni
adalah teman sekaligus pekerja yang membantu Oyen dalam menjalankan bisnis
badut dan perlengkapan pestanya. Suparni
juga adalah orang yang pertama kali menemukan Oyen gantung diri di kamarnya,
saat pagi hari.
Tak
seorang pun percaya orang sebaik Oyen bisa seputus asa itu hingga mengakhiri
nyawanya sendiri. Apakah Oyen benar-benar putus asa sehingga harus mengambil
jalan pintas seperti itu? Pihak
kepolisian yang datang ke tempat
kejadian berusaha mengusut kasusnya dan menemukan banyak keganjilan dalam
kematian Oyen. Ketika Suparni mengemukakan satu nama yang dicurigai sebagai
tersangka, ternyata dia pun meninggal di rumahnya secara mengenaskan.
Setelah
kematian Oyen, sosok Badut Oyen yang mulai menghantui warga terutama anak-anak
yang dulu dekat dengan sosok Oyen. Beberapa dari mereka berusaha menghilangkan
sosok Badut Oyen dari kehidupan mereka, dengan membakar foto mereka dan foto
anak-anak mereka saat bersama Badut Oyen. Akhirnya warga kampung mulai
memanggil dukun, yang berada di kampung sebelah untuk menyelesaikan terror
hantu badut Oyen ini. Bapak Iryanto yang tadinya tidak mendukung untuk menggunakan
jasa dukun dalam hal ini, akhirnya menyetujui setelah putrinya sendiri di
ganggu oleh hantu badut. Dan yang paling menyedihkan adalah adanya korban
anak-anak yang meninggal karena terror hantu badut Oyen. Mau tidak mau, Pak
Iryanto mengikuti saran dari warganya untuk memanggil dukun tersebut.
Sebenarnya
aku tidak menyukai alur maju-mundur di buku ini, tapi alur ini ternyata membantu
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul tentang Oyen, dan tokoh-tokoh yang
ada di dalamnya. Tim penulis juga secara tidak langsung menuntun kita ke
persoalan yang terjadi dalam diri Oyen dan kehidupannya.
Jadi,
aku tidak harus ikut memikirkan bagaimana pelaku membunuh Oyen, atau mengapa
Oyen mengambil keputusan untuk mengakhiri nyawanya, kalau ia benar-benar bunuh
diri. Tapi, aku menikmati membaca alur cerita sambil memprediksi satu dan lain
hal. Walaupun, aku merasa bahwa alur maju-mundur ini mulai membosankan saat
dibaca, karena di cerita ini aku menemukan dua kali klimaks. Di awal dan akhir,
tapi aku juga nggak yakin, apakah klimaks cerita itu bisa di simpan di awal
cerita?
Hmm,
untuk cover lumayan bagus dengan warna merah maroon dan jingga. Begitu
juga dengan gambar badut dan balon-balonnya. Badut Oyen memegang palu dengan
sebuah tetesan, seolah-olah itu adalah tetesan darah dan Oyen baru saja
melakukan sesuatu kejahatan. Tapi, tidak seperti itu karena baik Oyen dan hantu
badut Oyen tidak menggunakan palu di aksinya.
Aku
selalu menyukai novel-novel ataupun cerita misteri, dan Badut Oyen aku kasih
nilai tujuh (7) dari sepuluh (10), untuk cerita dan kopernya yang keren. Tidak
membutuhkan waktu banyak untuk membaca buku ini. Walaupun, aku membaca lebih
lama dari yang aku targetkan, maklum karena adanya kegiatan lain. tapi, aku
berhasil menyelesaikan membacanya.
Badut
Oyen adalah hasil dari Gramedia Writing Project yaitu seleksi pencarian bakat
penulis Indonesia. Dalam Garmedia Writing Project musim pertama yang dimulai
tahun 2013, dari 1600-an naskah yang harus diseleksi dari calon peserta,
terpilih 20 orang yang akan mengikuti pelatihan menulis bersama Clara Ng dan
editor-editor Gramedia Pustaka Utama.
Hasilnya
adalah tiga novel yang ditulis secara estafet; tiga novel dengan genre berbeda:
Badut Oyen (Horor), Hujan Daun-Daun (Remaja), dan Teater Boneka (MetroPop).
Rencananya Gramedia Writing Project akan menjadi agenda rutin bagi Gramedia
Pustaka Utama untuk menjadi ajang pencarian bakal penulis Indonesia.
Semoga
JJJ
0 comments