Air Terjun Sipiso-Piso : Persiapkan Fisik untuk Menggapainya
12:51 AM
Aku menyukai alam sejak kecil,
menurut mamahku ini dikarenakan aku lahir pada hari Rabu. Sama seperti aku,
mamah dan nenekku juga menyukai alam, menyukai hijau dan mereka pun sama-sama
dilahirkan pada Hari Rabu. Bila aku mengingat kembali masa kecilku, saat mereka
mengatakan hal ini aku merasa bahagia dan excited
banget. Tapi, saat ini aku merasa bahwa ini tidak ada hubungannya sama
sekali, hehehe. Bila, kamu berasal
dari Suku Sunda, maka kamu pasti tahu bahwa setiap hari memiliki maknanya
sendiri, seperti Rabu yang berarti daun, Senin berarti bunga dan lain-lain. Nah, ketika seseorang dilahirkan pada hari
tertentu, maka dia akan memiliki sifat-sifat yang terkandung dalam hari
tersebut. who knows?
Eh, malah bahas parimbon Sunda, yukk bahas masalah alam lagi! Kamu tahu tidak, kalau alam Indonesia
itu indahnya kebangetan. Kalau saja
mampu, aku ingin sekali mengelilingi keindahan Indonesia dari Sabang sampai
Merauke. Menjelalahi setiap jengkal dari tanah air Indonesia, yang keindahannya
sudah terkenal sejak dulu, bahkan sampai ke luar negeri.
Alhamdulillah aku memiliki saudara yang “gila”
jalan-jalan di Kota Medan ini, jadi aku bisa nebeng mentadaburkan
alam, walaupun masih sebatas Sumatera Utara. Masya Allah, alam Sumatera Utara itu sangat indah, aku tidak
berhenti untuk terus bersyukur ketika melihat indahnya ciptaan-Mu, Ya Allah. Ini
masih alam Sumatera Utara yang aku lihat dengan berbagai keindahannya yang
menakjubkan, belum bagian Indonesia yang lain yang aku yakini sama indahnya,
atau mungkin lebih indah dari yang pernah aku lihat.
Salah satunya adalah Air Terjun
Sipiso-piso yang berada di daerah Kaban Jahe , kalau dihitung-hitung lokasinya
tidak begitu jauh dari Kota Medan. Tapi, air terjun ini lumayan susah untuk
dijangkau, karena kita diharuskan untuk menuruni ratusan anak tangga yang tidak
simetris, kadang terlalu pendek, terlalu tinggi, bahkan beberapa anak tangga
lumayan curam dan menyeramkan. Beberapa kali aku bergidig manja, karena melewati turunan yang tidak memiliki
pembatas di pinggirannya. Lututku bergetar bila melihat ke bawah, karena aku seolah
berada di ujung tebing. Walaupun begitu, jalanan ini masih aman untuk kita-kita.
Aku masih penasaran untuk bisa
sampai ke bawah, tapi karena ini liburan bareng keluarga dan anak-anak kecil
alias keponakan-keponakan aku, maka harus memikirkan mereka. Selain itu, nggak mungkin juga kan ninggalin si tante di atas sendirian,
bengong sambil menunggu kami yang mungkin lama kembali.
Kalau masalah semangat, mungkin
kalian akan kalah dengan semangat yang dimiliki oleh salah seorang keponakan aku, Fahri atau biasa
dipanggil Ai. Ada cerita lucu selama perjalanan di anak tangga, menuju ke
bawah. Aku pikir, kita akan bisa sampai bawah dan mandi di air terjun tersebut.
Jadi, ceritanya si Ai udah kebelet pengen
BAB, tapi nggak berani bilang ke yang lain, karena mamahnya nggak ikut, so aku bertanya ke dia, dan dia dengan
polos menjawab, sambil mengangguk kalau dia kebelet
pengen bab.
“Ai, mau eek yah? Di sini nggak
ada toilet, kalau mau tahan dulu aja nanti di bawah baru bisa eek-nya” kataku merayu, Ai yang berusia
8 tahun agar bersemangat, walaupun sebenarnya aku sedang mencari teman untuk
turun ke bawah.
Dan dengan semangat empat lima,
dia bergegas menuruni anak tangga dibanding saudaranya yang lain. Aku tersenyum
melihat dia seperi itu. Jahat banget yah
ngerjain anak kecil, seperti itu. Hehehehe..
kemudian aku mengejar dari belakang, merasa bertanggung jawab. Tiba-tiba, kakak
sepupuku, berteriak dari atas, mengajak kami kembali ke atas dan membatalkan
untuk turun lebih jauh, karena kami yakin kami tidak akan sanggup dengan
membawa pecahan botol yang lumayan itu.
Akhirnya aku merayu Ai, untuk
naik kembali, dan mengatakan kalau di atas ada toilet juga, jadi nggak usah
bersusah payah ke bawah. Tadinya, Ai tetap memaksa untuk turun, namun ia luluh
dan menuruti untuk kembali ke atas. Apalagi, tantenya yang lain sudah tahu
kalau Ai sudah kebelet. Tadinya, kebelet itu rahasia kami berdua, tapi akhirnya
aku mengatakannya pada kakak sepupuku, biar dia bisa ambil keputusan.
Aku sudah merasakan kecapean di
anak tangga ke 40-an, dan satu hal yang aku rasakan adalah turun itu lebih mudah
daripada naik. Bisa kamu bayangin kan, gimana
beratnya mengangkat kaki di tangga yang lumayan terjal. Apalagi, energi yang
harus aku keluarkan untuk naik itu dua kali lipat saat akan turun. Bayangin
saja, bila kamu bisa sambil berlari menuju ke bawah, maka saat naik kamu kamu akan
merasakan seolah-olah ada beton yang melapisi kedua kaki kamu, sehingga untuk mengangkat
satu kaki saja amat susah dan penuh perjuangan. Beda halnya dengan biksu-biksu
shaolin, yang sudah terlatih {halah,
apaan ini?!}
Saat, berjalan ke atas,
menggiring keponakan-keponakanku yang sama kecapeannya, kami berpapasan dengan
beberapa orang yang tampak cerita menuruni setiap anak tangga. Dalam hati aku
tersenym senang dan mengutuk, “senyum-senyum kau, tengok aja nanti pas naik,
mampus kau, hehehehe” saat berpapasan dengan rombongan remaja, dan aku melihat
salah satu diantara mereka berbadan besar.
Bukan, aku saja loh yang kecapean untuk naik,
saat kami akan naik ada beberapa remaja tanggung yang berjalan naik juga,
wajahnya memperlihatkan rasa capek yang amat sangat, belum lagi ketika baju
yang mereka kenakan untuk mandi di bawah air terjun Sipiso-piso, telah kering di
badan. Tapi, mereka yang telah mencapai ke bawah, selalu mengatakan bahwa
mereka puas telah sampai ke bawah dan merasakan percikan air terjun yang sangat
sejuk. Jujur mereka bikin iri saja, hiks
hiks hiks,,,
Ada sedikit keengganan untuk
beranjak dari sana, ada rasa nggak rela bahwa aku menyerah untuk dapat mencapai
air terjun tersebut. tapi, egois namanya bila kita hanya memikirkan diri kita
sendiri. So, dengan berat hati aku
harus meninggalakan keinginanku tersebut, mungkin suatu saat nanti aku bisa
menaklukkan jalanan menurun tersebut dan berhasil sampai ke bawah ke air Terjun
Sipiso-piso.
Satu hal yang harus dipersiapkan
saat ini adalah, latihan fisik, ajak teman-teman yang sama bersemangatnya untuk
sampai ke bawah, dan Air Terjun Sipiso-piso tidak cocok dijadikan sebagai
tempat wisata untuk keluarga, tapi ini untuk anak-anak muda atau mereka yang
memiliki semangat tangguh.
Penasaran, yukk kita pergi ke sana!
1 comments
Ini nih. Kalo ketemu sama kak din dan bang davi. Aku mau minta dianterin ke sini.
BalasHapus