Gaes, adakah dari kalian yang
mengetahui mengenai Kuda Kosong? Kuda Kosong atau Pawai Kuda Kosong adalah salah satu tradisi turun temurun dari Masyarakat Kota
Cianjur. Kegiatan ini dilaksanakan setiap setahun sekali dalam rangka
memperingati Hari Jadi Kota Cianjur. Biasanya dilaksanakan secara berbarengan
dengan perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia.
Aku sudah lupa kapan kali
terakhir aku menonton Pawai Kuda Kosong
ini? Yang pasti saat itu aku masih duduk di bangku sekolah dasar atau mungkin
SMP-an. Hari Kemerdekaan di Kota Cianjur selalu meriah dengan adanya pawai yang
biasa dimeriahkan oleh beberapa kendaraan hias dari berbagai kecamatan di
Cianjur dan instansi-instansi pemerintahan. Selain itu, ada juga arak-arakan
dari sekolah-sekolah di Cianjur, pertunjukkan barongsay, arak-arakan dari para
santri dari pesantren serta seni dan budaya Cianjur.
Antusiasme warga juga begitu
besar dalam menyaksikan Pawai Kuda
Kosong ini. Berbondong-bondong warga dari berbagai daerah di Cianjur datang,
hanya untuk melihat Pawai Kuda Kosong
ini. Dalam pawai ini yang menjadi pusat perhatian warga adalah sosok Kuda Kosong. Kenapa mereka penasaran
dengan sosok si Kuda Kosong? Karena ada
hal mistis dari Pawai Kuda Kosong
ini.
Kuda Kosong yang dihias (Sumber) |
Kuda yang digunakan menjadi Kuda Kosong adalah seekor kuda yang
berperawakan bagus, tinggi dan gagah yang kemudian dihias oleh berbagai hiasan.
Sebelum Pawai Kuda Kosong
berlangsung, si kuda pilihan biasanya menjalani beberapa tahapan. Salah satunya
adalah ritual memandikan si Kuda Kosong. Selain itu, dilakukan juga
proses pemanggilan Eyang Suryakancana yang akan menaiki Kuda Kosong tersebut.
Eyang Suryakancana adalah penguasa Gunung Gede Pangrango. Menurut cerita juga, Kuda Kosong ini adalah persembahan
untuk Pangeran Suryakancana yang menikah dengan putri dari bangsa Jin. Pangeran
Surayakancana ini kini tinggal di Gunung Gede, atau menjadi penunggu Gunung
Gede Pangrango.
Inilah alasan kenapa Pawai Kuda Kosong dilarang untuk ditampilkan
di Cianjur. Menurut Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Cianjur, telah terjadi
penyimpangan dalam kegiatan pawai Kuda
Kosong ini. Menurut Ulama ini, adalah sesuatu yang berlebihan dalam
pengultusan seseorang. Apalagi, Kuda Kosong terkesan sudah dikeramatkan warga
Cianjur. Karena setiap akan dilaksanakan upacara kenegaraan, di sudut kamar
pendopo harus ada sesajen untuk arwah Eyang Suryakancana.
Kesenian yang merupakan warisan
zaman dulu, tidak pernah terlepas dari pertentangan dengan agama. Hampir semua
kesenian itu selalu bertentangan dengan agama, walaupun tidak semua. Di satu
sisi kita sebagai generasi muda ingin meneruskan kesenian yang sudah
turun-temurun. Agar tidak punah begitu saja, dan generasi penerus bisa tahu
bahwa kita punya kesenian seperti ini. Tapi, di sisi lain kita memiliki suatu
keyakinan yang kuat terhadap agama kita sendiri. Apalagi, Cianjur sudah
termasyur sebagai Kota yang Berakhlakul Kharimah dan sudah menerapkan slogan
Cianjur sebagai Gerbang Marhamah.
Kuda Kosong bersama arak-arakannya (Sumber) |
Belum terlambat bagi kita untuk
menyelamatkan kesenian Cianjur yang mulai punah ini. Biarkan pawai Kuda Kosong ini tetap lestari sebagai
salah satu tradisi turun temurun masyarakat Cianjur. Hal ini sebagai pengingat
kita kepada perjuangan pendahulu kita dalam mempertahankan Kota Cianjur.
Maka beberapa tahun setelah
pelarangan pawai Kuda Kosong oleh
MUI Cianjur, akhirnya Pawai Kuda Kosong
ini digelar kembali, tapi dengan
menghilangkan beberapa tahapan-tahapan yang dianggap menyimpang dari ajaran
Agama Islam. Banyak juga loh, hal menarik dari sisi budaya yang bisa kita lihat
di Pawai Kuda Kosong ini. Dan itu
harus tetap dilestarikan. Semoga semua seni budaya warisan leluhur yang telah
hilang itu tetap berkembang di Cianjur.
Penasaran dengan Pawai Kuda Kosong? Yuukk, main-main ke
Cianjur!
Tulisan ini diikutsertakan dalam 'Kontes Blog #3TahunWB-Warung Blogger Peduli Potensi Daerah'.
Tulisan ini diikutsertakan dalam 'Kontes Blog #3TahunWB-Warung Blogger Peduli Potensi Daerah'.