Malam ini, aku termenung lama
menikmati setiap kata yang terucap dari bibir seksi itu, menilai mengenai
sebuah pemikiran yang aku pikir dia tepat sekali. Benar dengan pemikiran dan
kata-kata tersebut.
Setiap orang pasti memiliki
ketakutannya sendiri, aku tidak terkecuali. Namun, ketakutan itu menjadi
berlebihan ketika kita menjadi dewasa. Aku rasa ini tepat sekali, apalagi
ketika aku mengetahui bahwa aku sudah bukan gadis kecil berusia tujuh atau delapan
tahun lagi. Aku sudah menginjak usia dewasa, dan karena kedewasaan itu, aku
menjadi terlalu paranoid. Aku terlalu khawatir mengenai semua hal. Walaupun itu
tidak secara keseluruhan.
Ambil contoh adalah ketika aku
harus melewati perjalanan yang panjang menuju rumah setelah menonton konser Sheila On Seven kemarin. (baca disini). Aku telah paham bahwa mereka akan tampil ketika jarum jam menunjukkan
jam sepuluh malam. Dan selalu begitu, dari berbagai konser yang aku ikuti di
Kota Medan ini. Aku terlalu berani untuk mengambil keputusan, yah aku akan
menonton sampai habis, aku seorang wanita tangguh. Buktinya beberapa bulan lalu
aku berhasil sampai ke rumah tepat di jam dua belas malam sendirian dengan
menggunakan angkutan umum.
Hari itu, aku merasa aku
terlalu mengambil resiko dengan pulang sendirian malam hari dari. Kenapa aku
tidak menjadi anak baik, yang pulang ke rumah setelah semua aktivitas rutin itu
selesai?
Pada akhirnya aku mengambil
resiko dengan mengambil keputusan itu. Menonton Sheila On Seven. Saat pulang
tiba, aku tahu aku merasa tidak aman untuk berada di jalanan dini hari yang
sepi. Aku memikirkan ketakutan itu sehingga aku merasa takut. Dan ketika aku
merasa berani dengan diri sendiri, maka keberanian itu muncul begitu saja.
Ketakutan itu merupakan sebuah
pilihan dari apa yang telah kita pikirkan, sedangkan bahaya adalah sebuah hal
lain yang harus kita hadapi. Yang dapat aku hadapi ketika merasa takut dan
merasa dalam bahaya adalah selalu berdoa semoga Allah SWT, melindungi kita.
Ketakutan itu pun terjadi saat
kita sedang bermimpi atau mengkhayalkan mengenai sebuah impian, dan ketakutan
itu mucul sebelum impian itu terwujud. Ketakutanmu bisa menghancurkan impianmu.
Sejak kecil aku tidak pernah
lepas dari orang tuaku. Semua hal dan kemana pun aku usahakan bersama mereka. Bersama
orang-orang yang aku kenal, sehingga aku merasa nyaman berada di dekat mereka. Tapi,
hal itu tidak membuatku mandiri dan dewasa.
Aku memimpikan sebuah impian
yang hanya bisa aku raih, kalau aku meninggalkan rumah. Aku ingin mengunjungi
Kota Medan. Kota kelahiran ayahku tersayang. Impian itu terasa nyata ketika aku
bisa mengantar ayahku mengunjungi kota kelahirannya, Medan. Kalian tahu,
sekarang aku sudah menetap di Kota Medan selama delapan tahun di Bulan Juni
nanti. Saat, ayahku memutuskan bahwa kunjungan keluarganya telah selesai, aku
tetap di Kota Medan. Meraih impian yang lain. Aku adalah orang yang tidak
pernah lepas dari pengawasan orang tuaku, akhirnya memutuskan untuk menjauh
dari mereka, tinggal bersama keluarga yang aku tak pernah ingat siapa mereka
dengan kultur dan budaya yang berbeda. Mereka terasa asing bagiku begitu juga
dengan kota ini. Tapi, aku masih berdiri di sini dengan kokoh. Walaupun aku
tidak pungkiri, tangisan, canda tawa dan haru terkadang menyelimuti.
Tanpa sadar aku melawan
ketakutan itu, aku yakin pada diriku sendiri aku bisa, maka aku BISA. Ketakutan
itu hanya ada dalam pikiran kita, hanya kepercayaan pada diri kita sendiri
bahwa kita mampu maka, hal itu akan terjadi pada kita. Seperti saat kita kecil,
selalu meraih impian yang terkadang itu tidak nyata dan mustahil untuk kita
raih.
Nonton yukk.. semoga tulisan
ini bisa sedikit membuka hati kita. Ammiin.