Lebaran Kali Ini? Lebaran kali ini, terlalu berbeda
dari lebaran tahun-tahun sebelumnya. Dimulai dari wabah yang melanda Indonesia
dan semesta. Perbedaan yang lainnya adalah bahwa waktu benar-benar berputar,
dan aku terus menua tapi apakah aku bertumbuh? Lalu, apakah dendam itu
bertumbuh juga?
Wabah pandemi virus covid-19
menyerang bumi, dimulai dari Wuhan-China di akhir tahun 2019. Wabah semakin
melebar, dengan di tutupnya akses keluar-masuk kota tersebut. Lockdown! Ada yang mengatakan bahwa
virus ini menyebar dari kebiasaan orang-orang di Wuhan, Cina yang senang
mengkonsumsi kelelawar dan hewan-hewan lainnya yang tidak lazim untuk di konsumsi. Ada juga yang mengatakan bahwa,
virus ini menyebar karena adanya kebocoran laboratorium di Cina. Who known!!
Singkat cerita virus ini menyerang Indonesia, mengharuskan
kita untuk #dirumahaja. PSBB
(Pembatasan Sosial Berskala Besar) pun dilakukan di beberapa daerah di Indonesia,
diantaranya Jakarta, Bandung, Padang dan daerah lainnya. So, aku tidak bisa mudik. Maka aku akan melewati hari raya lebaran
di Medan, bersama keluarga di sini. Berlebaran di Medan, bukan kali pertama bagiku, karena tahun kemarin juga aku
melewati lebaran di Kota Medan.
Covid-19
yang mewabah, mengubah kebiasaan orang-orang, seperti mencuci tangan lebih sering, memakai
masker, menjaga jarak dan tidak berkeliaran jika tidak penting. Selain itu,
kita juga melakukan berbagai protokol ketika tiba di rumah, demi melindungi orang tersayang di rumah dari
jahatnya virus corona, yang mungkin
saja terbawa dengan kita.
Medan, sudah menjadi zona merah, tapi
masih bertahan dan pemerintah belum memberlakukan PSBB. Hanya, ada beberapa
peraturan yang harus ditaati masyarakat demi mengurangi terpaparnya virus
corona. WFH (work from home ) pun
menjadi trend, aku termasuk salah
satu orang yang melakukan kerja di rumah.
Lebaran kali ini, menjadi lebaran
yang berbeda di kehidupan aku yang semakin menua. Yah, menua secara umur, menua
mengikuti irama waktu yang terus berputar secara beraturan. Lebaran, bisa
menjadi salah satu alasan kita berkumpul dan bertemu orang-orang yang jarang
kita temui. Tapi, disaat pandemic seperti
ini, ternyata tidak menyurutkan niat orang-orang untuk bersilaturahmi,
mengatasnamakan lebaran.
Kaget! Ini hal pertama ketika tamu
pertama kami datang. Serombongan saudara dari pamanku yang sudah meninggal. Seorang
remaja putri menyapaku dan menyebut namaku. Aku berpikir keras, mengingat dia. Awalnya
aku tidak mengenali siapa tamu yang duduk di ruang tamu ini. Tapi, kemudian
ingatan-ingatan itu, mulai bermunculan dan kalian tahu siapa yang menyapaku
barusan. Dia adalah salah satu monster kecil yang aku benci dulu, saking
nakalnya. Bahkan aku menjulukinya tiga monster kecil. Masya Allah, tidak
monster kecil itu sekarang sudah berubah menjadi remaja-remaja putri yang
cantik dan sopan. Ya Allah, ternyata waktu sudah berlalu begitu cepatnya,
mereka dewasa karena keadaan. Dan, aku tahu bagaimana kehidupan mereka dari
tanteku, setelah mama nya meninggal. Tentang kelakuan, mama nya yang kadang
bikin kita tidak habis pikir. Dibalik itu semua, mereka bertumbuh dengan baik.
Kemudian, aku berpikir dan menghapus dendam masa laluku. Toh, aku membenci saat itu, setelahnya aku tidak pernah mendengar
kabar mereka lagi. Mianhae! (*bungkuk
ala korea)
Lebaran kali ini berbeda,karena
secara tiba-tiba teman-teman masa kecilku menghubungiku. Akhirnya aku bisa
kembali menyapa mereka, walaupun aku tersadar kalau salah satu teman baikku
meninggal satu hari sebelum hari ulang tahunku. Neng Tia, aku tidak tahu
mungkin pesan di hari Minggu itu bisa menjadi salah satu pertanda bahwa kami
akan pergi. Maaf, selama ini aku abaikanmu, bukan aku tidak ingin seperti dulu,
tapi entah kenapa, sepertinya dunia
tidak adil padaku. Bahkan kamu tahu semua rahasiaku, dan menasehatiku seperti
biasa. Iya, ternyata dia bukan jodohku. Bahkan, mengingat masa lalu, seperti
mengingat dia, karena kebersamaan kita tidak lepas dari dia. Hmm, semoga kamu tenang di sana. Bogo
Sipda!
Setelah sekian lama tidak
berkomunkasi, teman dekatku mengirimkan pesan. Aku senang bisa kembali
berkomunikasi dengannya. Lalu, dia bercerita bagaimana orang tuanya merindukan
aku. Aku minta maaf, karena selalu tidak sempat untuk menjenguk orang tuamu.
Padahal kedekatan kita dulu, sangat dekat. Aku tahu, banyak hal terjadi
dikehidupan kami, dan aku bisa bayangkan bagaimana air mata mamahmu mengalir
menyaksikan keadaan keluarga kami. Insya
Allah, suatu saat aku akan mengunjungimu. Neoreul
bogoshipeo..Nan neoreul saranghae..
Yah, lebaran kali ini, benar-benar berbeda. Tapi,
tentu saja selalu ada hikmah dibalik bencana. Semoga, wabah covid-19 yang melanda Indonesia dan dunia,
segera berakhir. Vaksin dari wabah ini segera ditemukan, dan bisa menyembuhkan
orang-orang. Sehingga kita bisa melakukan aktivitas seperti biasa.