Obat Maag itu Dikunyah, Yah Rin!Hi, teman-teman… terima kasih
sudah mampir di blog aku yang masih
berantakan karena ditinggal hiatus
selama beberapa bulan belakangan ini. Baiklah,
Insya Allah aku bakalan aktif
kembali ngeblog, semoga bisa kembali fokus
dan konsisten.
Baiklah, pengalaman yang bakalan
aku ceritain di bawah ini adalah pengalaman aku dengan penyakit sejuta umat,
yaitu asam lambung, atau orang juga biasa menyebutnya sakit maag.
Baiklah, kembali ke topik cerita!
Sekitar jam 4 subuh di hari Jumat
tanggal 5 Juni 2020, aku tuh kebangun, merasa ada yang nggak beres denga badan
ini. Perut bagian atas tiba-tiba sakit dan aku mual banget, tapi sebisa mungkin
aku tahan biar nggak muntah. Kemudian setelah berguling kesana kemari, akhirnya
aku putuskan oh mungkin sakit perut, karena waktu itu kipas angin mengarah ke
badan semalaman, dan tadi malam aku makan mie instan pake saos pedas banget, malamnya sebelum tidur aku juga
ngemil buah pear, aku sih ngerasa pir
nya agak asam.
Setelah selesai dari kamar mandi,
perut bagian atas masih terasa sakit. Dan aku yakin seratus persen, sepertinya
ini bukan sakit karena makan pedas, tadi malam. Akhirnya aku usap-usap deh,
perutnya biar tenang gitu, nggak sakit. Tapi, aneh aku malah merasa, semakin
mual. Kayak ditekan perutnya, padahal aku yakin aku ini sedang mengusap-usap
perut.
Sumber : Google |
Aku sudah bawa, obat asam lambung
Prom*g yang terlihat di tempat obat. Setahuku, bila sakit di perut bagian atas
itu sakit mag atau asam lambung dari
cerita teman-teman yang sering ngalamin penyakit ini. Jadi si Prom*g itu aku
baca dengan teliti, siapa tahu gejala yang aku alami beneran asam lambung, dan
itu obatnya. Disitu juga aku baru tahu kalau cara meminum obat mag itu
dikunyah. Jadi, aku kunyah tuh obat, kemudian aku baringkan, aku juga minum air
hangat biar perutnya enakan.
Untuk jaga-jaga, aku menempatkan
kantong plastik di dekat tempat tidur. Karena aku udah mual parah, semoga tidak
muntah. Itu pikiranku. Ternyata, nggak bisa ditahan lagi, akhirnya aku muntah.
Padahal aku berusaha menahan untuk tidak muntah, karena dari pengalaman
lalu-lalu, jika sudah muntah biasanya demam. Okey, aku sentuh kening, dan
ternyata demam, tapi tidak yang terlalu panas.
Aku tiduran lagi dong, setelah
muntahan di plastik aku ikat dan taroh di bawah tempat tidur. Minum air hangat,
kemudian kembali mencoba untuk tiduran. Tumben, tidak mengantuk sama sekali.
Dan masih terasa mual, sakit di perut juga masih ada.
Sebelum kembali berbaring, aku
kembali menyiapkan kantong plastik di samping bantal, sekarang aku simpan persis
di sebelah bantal. Okey aku muntah untuk kedua kalinya, pas lagi adzan subuh.
Aku kembali berbaring, mau tiduran bentar sebelum bangun dan shalat subuh. Karena
masih nggak enak badan, perut aku belum normal, pikirku. Kemudian aku ketiduran.
Di saat masa pandemi seperti ini,
kita diharuskan menjaga badan, kalau bisa jangan sampe sakit. Trus, aku malah
sakit. Aku mikirnya udah jauh, jangan-jangan aku kena virus yang lagi booming,
huhhff tapi kemudian tersadar lagi, itu tidak mungkin, mudah-mudahan tidak.
Jangan sampe deh..
Untungnya pas pagi hari aku tidak
demam, tapi perut masih terasa sakit. Bila ditekan sedikit, seolah-olah
menstimulasi untuk muntah. Aku panic dong, aku nggak pernah sakit mag jadi aku
nggak tahu harus bagaimana. Jadi aku beneran menghindari cabe. Nasi putih plus
ikan. Waktu itu, sarapan sama makan siang pake lauknya Ikan tauco, kalau orang
Medan, pasti ngerti dong yah, ikan tauco. Jadi si ikan itu di tumis pake tauco
dan cabe hijau yang diiris. Btw, tauco yang digunakan di sini, berbeda dengan
tauco yang ada di Bandung untuk sambel. Tauco yang dipake biasanya lebih encer.
Jadi, karena lauknya ikan tauco,
aku cuma ambil ikannya ‘aja. Kalau nnti aku nggak bisa makan, atau kepedesan
aku makan nasinya aja, pikirku. Alhamdulillah, ternyata masih bisa makan
walaupun secara pelan-pelan. Bahkan menyuap pun perlahan, minum pun diganti dengan
air hangat. Prom*g tetap di tangan, untuk jaga-jaga, bila terasa perih sekali.
Awalnya tanteku nggak tahu, aku
sakit itu, kemdian aku cerita bahwa asam lambungku naik jadi nggak bisa makan
teri balado atau teri sambel. Aku juga cerita, kalau subuh tadi muntah. Terus dia
jawab, “Oh, pantesan di samping ember
sampah ada 2 kantong plastic muntahan, pasti itu bekas kamu yah?”
Aku hanya ketawa aja, “Hhehe,,,
iya”
“Jadi makan obat apa?” Tanyanya
lagi, sambil lihatin aku cuci piring
“Itu, obat mag tante aku ambil”
aku nyengir kuda
“OOOh,, “ lalu meleos untuk
beberapa detik kemudian, tanteku balik lagi nanya
“Kamu tahu caranya minum obat
maag?"
Gubrag.. saking nggak pernahnya
sakit maag atau asam lambung, tanteku sampe ngomong gitu. Iya sih, dalam hati
untung aku baca dulu petunjuk obatnya. Si tante beneran meleos, setelah aku
bilang dikunyah. Iya, aku tadinya mau minum obat mag, sama seperti obat
kebanyakan. Ditelan berbarengan dengan air minum.
Hmm, jadi ingat waktu SMA
sepertinya aku pernah mengalami hal serupa juga, dan mamahku waktu itu memberi
obat maag, dan kalian tau aku minumnya ditelan pake air. Bukan dikunyah!
Kalian pernah mengalami hal
serupa, cerita dong di komen.
Semoga kita selalu diberi
kesehatan, apalagi di masa pandemi saat ini.