Salah satu sudut pasar tradisional di Kota Medan (Source) |
Kapan kamu terakhir kali
berbelanja di pasar tradisonal? Hmm,
kalau aku sih sekitar enam bulan yang
lalu pas mau lebaran. Itupun karena
tanteku meminta tolong untuk membawa barang belanjaannya. Sedangkan, untuk
inisiatif sendiri aku amat jarang berbelanja ke pasar. Aku lebih suka
berbelanja di supermarket. Hal ini dikarenakan, supermarket tempatnya bersih, rapih
dan nyaman untuk berbelanja. But, salah
satu kerugian kita berbelanja di supermarket adalah kita tidak bisa menawar
barang belanjaan kita dan biasanya harganya lebih mahal dari berbelanja di
pasar tradisional.
Aku sangat tertarik dengan tema
Liga Blogger 2016 di pekan ketiga ini, yaitu mengenai Pasar Tradisional di
Daerahku. Walaupun aku masih bingung juga kalau membahas masalah pasar ini,
karena aku sudah lama banget tidak
main-main ke pasar.
Di Kota Medan sendiri, pasar
tradisonal selalu ramai dikunjungi oleh para pembeli. Satu hal yang unik di
Kota Medan adalah, sebutan untuk pasar itu adalah pajak. Sedangkan pasar di
Kota Medan diartikan dengan jalan. Bagi beberapa orang yang belum mengetahui
keunikan Kota Medan ini, mungkin agak bingung dengan kebiasan orang-orang Medan
ini. Tapi, setelah mengetahui hal-hal kecil seperti ini maka kita merasa bagian
dari Kota Medan. Nah, pasar-pasar itu
tersebar di Kota Medan dan dinamai sesuai dengan tempat di mana pasar itu
berada. Ada beberapa pasar di Kota Medan yang terkenal seperti pajak ikan, yaitu pasar tempat menjual
kain-kain, bahan untuk membuat baju, sarung bantal, dan lain-lain, inget yah bukan pasar yang menjual ikan.
Jadi inget, pas dulu baru
beberapa hari di Kota Medan diajak sama si tante ke pajak ikan, aku pikir mau beli ikan. Dalam hati aku nyeletuk sendiri, kenapa sih mau beli
ikan aja musti jauh-jauh ke pajak ikan ini, kenapa tidak beli di
pasar deket rumah aja. Pas
nyampe, nah loh kok orang-orang
India semua yang jualan. Ternyata pajak
ikan itu hanya sebutan saja.
(Source) |
Satu hal yang membuat aku jarang
berbelanja ke pasar tradisonal adalah aku tidak jago nawar dan beberapa pasar
tradisional itu masih becek. Jadi kalau jalan, cipratan dari sandal bisa nyampe
ke jilbab. Tapi, menyenangkannya berada di pasar itu adalah bisa berbaur dan
melihat orang-orang yang sedang berjualan, yaitu semangat mereka dalam
menawarkan barang dagangannya. Di Kota Medan, ada kata-kata yang khas diucapkan
oleh si penjual, seperti “Singgah Kak”atau
“Apa carik Kak?”. Dan yang lucunya
lagi, jika kita melewati pedagang baju-baju, kata-kata yang keluar bisa menjadi, “Apa cari Kak? Sempak berlampu?” (*Nah
Loh??)
Pasar tradisonal masih diminati
oleh masyarakat, karena harganya yang tidak terlalu mahal dan kwalitas yang
sama dengan di supermarket. Paling seneng
deh main-main ke kios sayuran, buah, ikan dan daging. Itu adalah spot-spot yang paling aku sukai, ketika
berbelanja di pasar, walaupun hanya menemani saja. Aku suka melihat, para pembeli dan penjual yang saling tawar-menawar
mempertahankan harga masing-masing atau saling mengalah demi tercapai
kesepakatan harga.
Hmm, kalau ditanya masalah sejarah
dari pasar yang ada di Kota Medan, aku angkat tangan deh. Karena aku nggak tahu sama sekali sejarah pasar yang ada di
Kota Medan. Walaupun sudah hampir sewindu aku berada di Kota Medan ini. Hehehee
Pasar tradisional di berbagai
daerah di Indonesia identik dengan becek, semrawut, dan kotor. Walaupun beberapa
dari pasar tradisonal telah dibangun menjadi lebih nyaman dan bersih. Di Kota Medan
sendiri ada beberapa pasar tradisional yang masih seperti itu, walaupun ada
juga beberapa pasar tradisional yang dibangun pemerintah lebih nyaman lagi.
Berbelanja di pasar tradisional
sebenarnya membantu para pedagang kecil dalam memperoleh rezekinya. Kalau
dibandingkan dengan di supermarket, sayuran di pasar tradisional tidak kalah
segar loh, apalagi ikan-ikannya. Karena
mereka langsung mengambil dari nelayan atau tempat penampungan ikan.
Yuukk kita berbelanja di pasar
tradisional!!