Ini
adalah cerita mudikku di lebaran tahun 2014 kemarin. Aku cerita ketika sudah
berada di Cianjur, kota kelahiranku yah. Cerita perjalanannya aku bahas sedikit
di tulisan yang ini. Hal yang aku rindukan dari si kampung halaman selain keluargaku
adalah makanan dan suasananya.
Mudik
kali ini aku memutuskan untuk stay di
rumah saja. Rencana awal ingin beres-beres rumah, karena tahu dua adik cewekku,
sangat malas untuk hal itu. Kenyataannya aku terlalu banyak tidur. Mungkin
cape-cape yang selama ini menumpuk, terlampiaskan di hari itu. Aku tidur
seharian, leyeh-leyeh dan mainin hape ato internetan sesekali sambil ikut
nimbrung sama dua adik cewekku.
Puas?
Pasti. Dan satu hal, aku bagai Ratu. Si mamah nggak terlalu ambil pusing dengan
kemalasan aku seharian itu. Aku menikmati hari itu, lumayan istirahatin badan
dan pikiran.
Sehari
sebelum lebaran, aku sengaja ikut Mamahku ke pasar. Penasaran dengan perubahan
yang telah banyak terlewatkan selama ini. Menikmati macetnya pasar yang dulu
sering aku singgahi walaupun sekedar lewat saja. Hehehe, ternyata macet banget,
fiuhhh capeknya. Untung lagi nggak
puasa, jadi woles aja. Eh, adek
kecilku malah kliyengan gara-gara
nyari baju buat lebaran. Pusing bent katanya liatin banyak orang. Aku sih
maklum saja, akhirnya aku ngajak adikku buat ngadem di toko sepatu, sedangkan si Mamah tetap pergi ke pasar
tradisional sendirian. Karena menurut beliau sendiri itu lebih cepat, dan
tujuan awal kan memang ke sana.
Adikku
yang kliyengan karena pusing,
terduduk di sebuah tempat sampah berbentuk silinder. Dia sudah nggak perduli
lagi dengan apa yang dia duduki, sampe akhirnya aku menarikknya ke sebuah
bangku, tempat pelanggan mencoba sepatunya sambil duduk.
Kalo
toko itu sepi, mungkin penyusup seperti kami sudah diusir, tapi karena toko
sepatu itu rame pengunjung. Jadi kami tidak terlihat seperti orang-orang yang
numpang duduk saja. Heheheee... Setelah dirasa kuat untuk bangkit dan bergerak,
aku mengajak adikku untuk berdiri, dengan memberi dua pilihan aku beliin baju atau pulang. Dengan sedikit
rayuan, aku berhasil mengajakknya untuk membeli baju di sebuah toko yang
lumayan besar dan padat pengunjung. Tapi, adikku lebih kuat karena traktiran
baju dariku.
Pulangnya
aku menyempatkan diri untuk membeli rujak ini.
Rujak |
Rasanya
mantep banget. Enak, agak asem tapi kuahnya itu seger banget. Apalagi pedesnya
itu nendang deh. Panas-panas di siang hari makan rujak pedes ini, wuish rasanya cadas banget. Karena aku tidak puasa, maka makanan ini habis hingga
tetes terakhir.
Makanan
kedua yang aku sengaja beli adalah Bacang.
Ketika kecil aku suka beli makanan ini di pasar. Makanan ini pernah mengganjal
perut kami ketika di perjalanan jauh. Hampir mirip Buras, isinya biasanya daging tapi terkadang isinya usus ayam
dicincang dan dimasak dengan daun bawang serta sayuran. Nggak ngerti deh,
diapain masaknya, pokonya jadi enak lah. Oh, iya temen-temen aku di Medan, pernah kaget waktu aku bilang aku suka makan Bacang. Rasanya enak, ternyata di Medan Bacang itu berisi daging Ba**. (Owh, pantesan)
Lupa buat men-capture yang sudah di belah |
Setelah
acara lebaran dan halal bihalal keliling tempat saudara selesai. Itu artinya aku
bisa menikmati hari-hariku kembali. Bersantai di rumah. Tapi, nggak nyantai
juga deh, soalnya aku ada janji buat ikut kopdar bareng Notif! Ranger di
Jakarta tepatnya di Grand Indonesia.
Dan
karena aku terlalu pasrah dan berani, aku sempet nyasar di Jakarta. Tapi bukan
nyasar juga deh, Cuma salah naik angutan aja. Untung nyasarnya ke Blok M aja.
Kalo ke tempat lain nggak tahu deh.
Kopdar
Notif yang amat sangat singkat itu terjadi beberapa detik saja. Nyesel banget
deh, gara-gara macet di jalan, aku telat dateng. Ketika pulang ke Cianjur
adalah saatnya berpetualang kembali di jalanan.
Great,
jalur puncak ditutup, itu artinya aku harus menunggu di dalam bus sampe jalur
puncak dibuka kembali. Kalian tahu jam berapa? Jam sebelas malam. Yah, jalur
buka-tutup yang dibuat oleh polisi lalu lintas itu, membuka kembali jalur ke
arah puncak tepat jam 11 malam.
Cantik
sekali. Dan akhirnya aku mendarat dengan selamat di home sweet home jam setengah dua pagi. Gile gileee....
Alhamdulillah Allah masih melindungi aku, sehingga aku bisa nyampe rumah dengan
selamat.
Pagi
harinya, ditawari buat sarapan Bubur
Ayam. Siapa nolak, aku kan suka banget Bubur
Ayam Cianjur. Rasanya itu beda
banget, dengan bubur-bubur lain yang pernah aku temui di Medan maupun di
Jakarta.
Bubur Ayam |
Hmm,
rasanya itu enak banget. Sukaaaa deh dengan bubur ayam ini. Dua hari
berturut-turut kalo nggak salah aku melahap bubur ayam sebagai sarapan. Keren
kan?
Aku
icip makanan lain seperti baso juga. Hmm, rasanya tidak terlalu enak, jadi no photo. Padahal basonya gratisan hasil
traktiran dari abang gwe. Dan makanan yang blom kesampean buat di icip adalah Baso Tahu sama Kupat Tahu.
Untuk jajanannya Cireng, Basreng sama mie Ramennya belum sempat aku icip. Maybe next year.
Hari
terakhir di Cianjur, aku mengajak kedua adik cewekku untuk menemani beli
oleh-oleh di Baypass. Di situ banyak terdapat toko-toko yang menjual makanan
khas dari Cianjur, diantaranya manisan, gorengan( tempe, pisang, oncom), dodol,
tauco Cianjur, Mochi dan lain-lain.
Sebelum
ke sana, aku menyempatkan diri untuk bersantai di sisi jalan dari salah satu
jalan di Cianjur. Gaes, di jalanan ini tuh terasa banget suasana zaman dulunya,
karena banyak bangunan zaman lama di situ. Yah, rumah-rumah lama gitu. Kata
adikku, kalau malam minggu biasanya rame dengan beraneka ragam jualan makanan.
Wuish,,
udah bisa ditebak kok segimana banyaknya yang jual makanan. Yang kami lewati
aja ada sekitar 3-4 penjual nasi. Dan, kami singgah di salah satu penjual
makanannya yaitu Sosis goreng.
Rasanya
enak, apalagi dengan orang-orang terkasih. Hahay...
|
Selfie dan narsis tidak ketinggalan |
Jalanannya sepi, hanya beberapa mobil aja yang lewat, jadi no polusi |
Ini adalah cerita
mudikku di kampung
halaman. Menyenangkan sekaligus nganenin.
Males banget untuk kembali ke Medan. Tapi, hidup itu harus terus bergerak, biar
kita bisa seimbang dengan yang lain.
Dan
satu hal yang aku sayangkan adalah, ini adalah lebaran keduaku di kampung dan
aku sukses tidak menemuinya kembali. Tadinya sih, ada rencana buat ketemuan ama
gebetan baru, tapi yasudahlah. Aku nggak ngebet-ngebet
juga, soalnya sogan awak, pehamanan agama
dia lebih tinggi daripada awak, awak apala. Di skak matt mati pula awak.
Pastinya
aku selalu menantikan libur-libur lebaran yang akan datang. Ini adalah cerita mudikku.
Ps:
“Menikah?”--> salah satu pertanyaan di hari Lebaran, fiuhh
Rin